Market News

Harga Kakao Menguat Dengan Pelemahan Distribusi

Harga kakao berjangka ICE Futures berbalik menguat pada akhir perdagangan Kamis dinihari tadi (04/12). Sentimen kenaikan harga berasal dari hambatan distribusi kakao di Afrika Barat.

Petani Pantai Gading mengirim 45.000 ton kakao ke pelabuhan pada pekan yang berakhir 29 November, turun 18 persen dari tujuh hari sebelumnya, kata seseorang yang mengerti masalah ini, yang meminta untuk tidak diidentifikasi karena angka-angka belum diumumkan. Itulah hasil terendah sejak tahun 2010-11, menurut data dari KnowledgeCharts, unit Komoditas Analisis Risiko.

Penurunan kedatangan distribusi di pelabuhan bisa berarti cuaca kering awal tahun ini telah menggerus keseluruhan tanaman utama, yang dimulai pada bulan Oktober dan berjalan sampai Maret.

"Penyebaran jauh lebih lemah daripada yang saya pikir yang akan memberikan ketidakpastian produksi di Afrika Barat," menurut Jonathan Parkman, kepala pertanian yang berbasis di bursa berjangka London dan pialang Marex Spectron Group. "Beberapa berpendapat ada cukup kakao untuk saat ini, tapi pertanyaannya adalah apakah akan ada setelah Maret. Sepertinya seseorang siap untuk membuat pengiriman besar bulan Desember ini."

Di akhir perdagangan dini hari harga kakao berjangka kontrak Maret 2016 yang merupakan kontrak paling aktif terpantau ditutup dengan membukukan peningkatan. Harga komoditas tersebut ditutup melonjak sebesar 53 dollar atau 1,59 persen pada posisi 3.386  dollar per ton.

Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa harga kakao berjangka untuk perdagangan selanjutnya akan bergerak dalam kecenderungan menguat dengan perkiraan masih konsolidasinya distribusi di Afrika Barat.

Untuk perdagangan selanjutnya harga kakao berjangka di ICE Futures New York berpotensi untuk mengetes level resistance pada posisi 3.340 dollar. Jika level resistance tersebut berhasil ditembus level selanjutnya adalah 3.300 dollar. Sedangkan level support yang akan dites jika terjadi koreksi ada pada 3.440 dollar dan 3.500 dollar.

 

Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang