Media Coverage

Harga Emas dan Sawit Membaik Tahun Ini

Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) Stephanus Paulus Lumintang juga optimistis harga komoditas tahun ini lebih baik dari 2016. Harga komoditas yang masih akan berfluktuatif merupakan hal yang wajar, sebagai cerminan bahwa market tetap hidup.

Ia memperkirakan, komoditas yang harganya membaik tahun ini dibandingkan tahun lalu antara lain adalah emas, minyak sawit, dan nikel. “Di sektor sawit misalnya, tahun lalu banyak perusahaan perkebunan sawit sengsara karena harga turun dan produksi juga terganggu El Nino. Saat Ramadan 2016, mereka pusing, banyak yang merugi, tapi mulai Agustus-September 2016 sudah mulai membaik sampai sekarang. Untuk nikel, larangan ekspor juga sudah dibuka,” imbuh Paulus.

Namun demikian, kata Paulus, perbaikan harga minyak sawit atau CPO juga sangat tergantung pada komoditas yang bersubstitusi dengannya. Apabila ada produk seperti minyak bumi yang bersubstitusi dengan minyak sawit melimpah pasokannya, maka harga CPO bisa terganggu.

“Untuk pasokan minyak mentah kan bertambah akibat ditemukannya teknologi perminyakan terbaru oleh AS, yang membuat harga di pasar global tertekan. Harga minyak mentah juga bisa dipengaruhi oleh kebijakan substitusi energi atau penghematan energi. Kondisi ini membuat masyarakat tidak lagi bersandar pada minyak, sehingga permintaan minyak semakin menurun,” kata dia.

Lebih jauh Paulus mengungkapkan, harga komoditas yang paling kinclong tahun ini adalah emas. Harga emas sepanjang tahun ini bisa tembus US$ 1.300 per toz. Kenaikan harga emas tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor suplai dan permintaan.

“Jumlah populasi yang terus meningkat juga mendongkrak permintaan emas, apalagi saat ini emas masih digunakan sebagai cadangan devisa di sejumlah negara. Perekonomian secara global yang masih bertumbuh juga memengaruhi permintaan emas,” ucap dia.

Senada, Bhima mengatakan, komoditas yang harganya kinclong tahun ini adalah emas dan minyak sawit atau CPO. Perbaikan harga komoditas emas yang sudah terjadi sejak 2016 bakal berlanjut tahun ini. Hal ini karena banyak investor menghindari dolar AS yang terus melemah dalam beberapa bulan terakhir, baik terhadap mata uang euro maupun yen.

“Investor merasa lebih aman mengoleksi emas. Itulah sebabnya, permintaan komoditas tersebut meningkat,” ujar dia.

Sedangkan kenaikan harga CPO tahun ini juga berimbas mendorong harga tandan buah segar (TBS) sawit. Saat ini, harga TBS di Kaltim sudah mencapai Rp 1.700-2.000 per kg, padahal tahun lalu hanya Rp 700 per kg.

“Namun, perlu diwaspadai pula petisi biofuel dari Eropa dan AS. Ini hambatan dagang yang bisa memengaruhi harga CPO ke depan. Kalau untuk komoditas lain sangat tergantung permintaan industri dan kinerja ekonomi negara konsumen,” kata dia. (bersambung)