2014-09-03

Persiapkan Pasar Fisik Teh, BBJ - Aspegtindo Tandatangan MoU

Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) bekerjasama melakukan penandatanganan MoU (memorandum of Understanding) dengan Asosiasi Pedagang Teh Indonesia (Aspegtindo) untuk membuat pasar fisik online agar mendukung pertumbuhan perdagangan teh di Indonesia.

 

Acara yang diadakan pada Senin, 1 September kemarin di Hotel Grand Mahakam Jakarta Selatan tersebut tidak hanya dihadiri dari pihak BBJ dan Aspegtindo, tapi juga para anggota.  Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama BBJ Sherman Rana Krishna mengatakan pihaknya merasa senang karena bergabungnya komoditas teh di pasar fisik membuat bursa semakin variatif.

“Lalu, untuk proses hingga pasar fisik berjalan diperkirakan akan memakan waktu 6 bulan.Patokan 6 bulan kami ambil dari waktu proses pasar fisik karet dulu, karena setelah ini pihak Aspegtindo harus buat komite untuk memikirkan regulasi dan ketentuan yang ada nantinya di pasar fisik, kami kan cuman fasilitator,” ujar Sherman.

 

Perjalanan teh untuk masuk bursa masih panjang. Sherman menjelaskan, setelah MoU, BBJ dengan Aspegtindo akan intensif mengadakan pertemuan untuk berkoordinasi. Selanjutnya kedua belah pihak meminta persetujuan prinsip dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Setelah itu, kedua belah pihak akan mendapatkan peraturan tata tertib bursa dan kembali lagi Ke Bappebti untuk di cek. Barulah disetujui Bappebti dengan ditandatangani. Kemudian baru diperdagangkan di bursa. "Untuk satuannya kontraknya belum tau apakah 100 kilo atau 1 ton. Kami belum berbicara sampai kesitu," ungkap Sherman.

Sementara Ketua Aspegtindo Johan Alexander Supit menjelaskan, Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar teh. Dulu, Indonesia menjadi eksportir terbesar teh nomor tiga. Namun, saat ini telah merosot menjadi produsen nomor tujuh. Menurutnya, saat ini terjadi ketimpangan antara produksi dengan permintaan, dimana lahan kebun teh semakin kecil namun permintaan terus meningkat. "Ini peluang besar. Kami akan menjadikan bursa teh Indonesia sebagai referensi harga," ungkap Supit.